Pengalaman Suntik Vaksin COVID-19 di Tangerang – Senin lalu, saya mendapat kabar dari Mama bahwa akan dibuka suntik vaksin COVID-19 lagi, khusus untuk lansia berusia 60 tahun ke atas yang berdomisili di Kabupaten Tangerang. Tentu kami sekeluarga senang sekali menyambut kabar baik itu. 😀
Beberapa kali kami sudah mencoba untuk mendaftar vaksin, entah itu lewat RT/RW atau perusahaan tempat saya dan adik bekerja, tapi belum ada kejelasan lebih lanjut.
Tahu bahwa di Tangerang akan diadakan vaksin lagi, tentu kami bersemangat sekali! Vaksinasi yang diadakan pada 22-26 Maret 2021 di Gading Serpong kali ini merupakan kerja sama antara Rumah Sakit Mentari, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, The Springs Club, dan Summarecon Serpong.
Di keluarga, yang umurnya dikategorisasikan layak untuk vaksin cuma Mama. Tahun ini Papa berusia 59 tahun dan sepertinya masih harus menunggu, nih. Oh ya, supaya bisa memberi gambaran lebih jelas mengenai suntik vaksin COVID-19, begini pengalaman Mama.
Pengalaman Suntik Vaksin COVID-19 di Tangerang (Vaksin Pertama)
Pendaftaran Online
H-1 vaksinasi, saya mendaftarkan Mama lewat laman vaksin.rsmentari.com. Di laman ini, setiap orang yang hendak divaksin wajib mengisi data diri lengkap (termasuk KTP), memilih tanggal dan waktu vaksin, serta menjawab pertanyaan terkait riwayat kesehatan (misalnya, ada gejala kronis kah, mampu berjalan hingga 20m kah, dll.).
Pendaftaran online cukup mudah dan cepat dan setelah berhasil, setiap orang akan diberi semacam nomor pendaftaran untuk ditunjukkan saat hari-H vaksin. Nanti di hari H, peserta vaksin wajib membawa KTP asli dan fotokopinya.
Hari-H Suntik Vaksin COVID-19
1. Ambil tiket & nomor antrean
Suntik vaksin COVID-19 ini diadakan pukul 09.00-14.00 WIB yang dibagi menjadi 2 batch, yakni 09.00-12.00 WIB dan 12.00-14.00 WIB. Saya dan Mama memilih Rabu (24/3) di sesi pertama. Kami datang ke The Springs Club pukul 10.00 WIB dan terlihat ada beberapa orang yang mengantre.
Di bagian pendaftaran, terlihat beberapa bangku yang dijajarkan menempel pintu untuk para lansia menunggu. Biasanya, lansia yang hendak divaksin akan ditemani oleh anak-anak mereka. Jadi, para lansia bisa duduk, sementara anak mereka yang mengantre/mengurus pendaftaran.
Panitia di sana juga cukup membantu untuk mengarahkan peserta vaksin, mengingatkan untuk menggunakan masker dengan benar (bahkan mereka menyiapkan masker cadangan soalnya seorang Bapak di antrean belakang saya dan Mama ternyata menggunakan masker scuba), juga meminta peserta lansia untuk menunggu sambil duduk saja.
Di tahap ini, setiap peserta vaksin akan diberi kartu peserta beserta nomor antrean. Mama dapat nomor 159. Oh ya, sebelumnya, Mama harus mengecek suhu terlebih dulu untuk dicatat pada kartu. Di sini, pihak panitia juga menyediakan fotokopi lho, jaga-jaga kalau peserta lupa memfotokopi KTP mereka. Setelah kartu peserta didapat, setiap orang harus mengisi nama & NIK sendiri.
2. Daftar ulang
Dari luar, saya melihat beberapa peserta vaksin duduk menunggu di kursi-kursi berjarak yang telah disediakan. Pada tahap daftar ulang vaksin, hanya ditanya no. HP dan bila sudah, dipersilakan untuk masuk ke ruangan lain untuk mengikuti tahap selanjutnya.
Eittsss … jangan salah, ternyata di dalam ruangan sudah menunggu banyak lansia untuk suntik vaksin COVID-19. Sempat kepikiran duh, kayaknya kesiangan, deh. Namun, untungnya prosesnya cepat.
3. Skrining 1 – cek tensi
Jujur, happy banget, deh! Para panitia beneran helpful banget saat proses vaksinasi berlangsung. Salut! Tahu bahwa jumlah peserta vaksin yang menunggu semakin banyak, mereka menyediakan kursi-kursi kosong yang bukan cuma bisa ditempati peserta vaksin, melainkan pengantarnya.
Kemudian, panitia (termasuk dokter yang berkeliling) juga senantiasa mengingatkan para peserta vaksin untuk enggak tegang karena bisa berpengaruh pada pengecekan tensi.
“Oma-Opa jangan tegang, ya. Suntiknya enggak sakit, kok. Rileks aja,” ujar salah seorang dokter.
Lalu, tiba giliran Mama. Dilihat dari raut Mama, saya tahu bahwa ia cukup tegang, tapi petugas di sana meminta Mama untuk tetap rileks, rileks, rileks. Puji Tuhan hasil tensinya bagus dan bisa lanjut ke tahap selanjutnya!
4. Skrining 2 – cek riwayat kesehatan
Di tahap ini, kami dan para peserta vaksin lainnya sempat menunggu lama karena ternyata jaringan mereka enggak bisa terkoneksi dengan jaringan pusat atau Kementerian Kesehatan. Mungkin ini semacam database terpusat untuk mendata peserta vaksinasi kali, ya?
Saya sempat nyeletuk ke Mama, “Mesti pasang lagu, dong. Biar enggak sepi”. Surprisingly, panitia seolah membaca pikiran saya, mereka beneran nyetel lagu, dong. Hahaha. Pertama, mereka muterin lagu Mandarin, yang kemudian diganti dengan lagu lawas. Kayak gitu kan enak, ya, sambil nunggu bisa sambil nyayi-nyanyi. Hihihi.
Di Skrining 2, Mama diberi pertanyaan soal riwayat kesehatan yang kurang lebih sama, seperti yang sudah dijawab di form pendaftaran awal. Misalnya, pernah kontak erat dengan pasien COVID-19 kah, apakah pernah dirawat karena virus ini, adakah gejala kronis, dll. Setelah memastikan semuanya baik, Puji Tuhan Mama bisa divaksin! Yay!
5. Vaksin
Di tahap ini sama sekali enggak ngantre (soalnya peserta masih pada stuck di tahap Skrining 2 karena kesalahan teknis tadi). Mama langsung duduk di salah satu kursi untuk suntik vaksin COVID-19.
“Ma, nanti pas divaksin bergaya dulu, ya!” celetuk saya. Hahaha, seru juga nih, nganterin Mama vaksin sekaligus jadi seksi dokumentasi Beliau. 😀
Pas Mama divaksin, eh enggak sempat divideoin. Akhirnya minta petugasnya sok-sokan vaksin Mama biar ada videonya.
6. Observasi 30 menit
Tahap selanjutnya adalah menunggu selama 30 menit di ruang observasi. Jam vaksin Mama dicatat, begitu juga perhitungan 30 menit setelahnya. Di sini, para peserta diwajibkan menunggu kalau-kalau ada keluhan tertentu selama vaksin.
7. Ambil kartu vaksin
Nah, 30 menit sudah berlalu dan nomor antrean Mama disebut petugas. Di sini, setiap peserta ditanya apakah selama 30 menit observasi apakah ada keluhan tertentu?
Kemudian, peserta diberi kartu vaksin atau Kartu Imunisasi COVID-19 dan diberi tahu kapan jadwal vaksin selanjutnya. Petugas juga memberi tahu apabila ada keluhan tertentu, Mama bisa menghubungi nomor kontak yang tertera.
8. Input manual
Sejujurnya saya juga bingung apa yang dimaksud dengan input manual. Mungkin untuk pendataan sudah selesai divaksin, ys? Di tahap ini cepet banget, kok. Mama hanya kembali diingatkan untuk menjalani vaksin kedua 28 hari lagi, yakni pada 21 April 2021. Kartu vaksinnya juga jangan sampai hilang.
9. Foto dulu sebelum pulang
Hehehe, sebenernya ini bukan tahap wajib para penerima vaksin, sih. Iseng aja biar Mama punya kenang-kenangan foto dirinya menerima suntik vaksin COVID-19 untuk pertama kali. Siapa tahu bisa dipamerin di grup WhatsApp-nya. 😀
Itulah dia sedikit pengalaman suntik vaksin COVID-19 yang dijalani Mama. Kurang lebih prosesnya berjalan 2 jam, tapi enggak berasa terlalu lama, deh. Overall puas banget juga dengan pelayanan selama vaksinasi. Petunjuknya cukup jelas, bahkan kayaknya pihak panitia juga menyediakan kursi roda, plus bed untuk penerima vaksin kalau ada apa-apa. Cool!
Pengalaman Vaksin Kedua
Bertepatan dengan hari Kartini, saya kembali menemani Mama untuk menjalani vaksin yang kedua. Kami sengaja datang lebih pagi (sebenarnya 15 menit lebih awal aja, sih), tapi ternyata di dalam ruangan sudah duduk banyak peserta yang mengantre. Sepertinya, vaksin kedua memang sudah berlangsung lebih awal, meski di poster tertulis pukul 09.00.
Baca juga: Pengalaman Rapid Antigen Sebelum Terbang Saat Pandemi
Untuk vaksin suntik vaksin COVID-19 yang kedua, alurnya lebih pendek dari yang pertama. Mulanya, kami mengambil nomor antrean dan melakukan registrasi ulang. Kemudian, kami menunggu nomor antrean dipanggil untuk pengecekan tensi. Setelah tahu bahwa tensinya baik dan boleh divaksin, Mama langsung divaksin tanpa perlu menunggu atau mengantre lagi. Prosesnya sangat cepat.
Tahap selanjutnya ialah observasi 30 menit untuk mengetahui apakah ada gejala tertentu atau tidak. Puji Tuhan, kondisi Mama aman dan enggak menunjukkan ada gejala apa-apa. Selanjutnya, kami pun mengambil kartu vaksin. Seorang petugas yang kompakan mengenakan pakaian batik atau kebaya di sana kembali mengingatkan bahwa apabila peserta vaksin mengalami gejala tertentu, bisa langsung menghubungi dokter.
Selesai mendapatkan vaksin kedua, beberapa hari setelahnya Mama mendapatkan SMS yang berisi link untuk download sertifikat vaksin. Katanya, sertifikat ini bisa jadi jurus ampuh kalau mau traveling ke mana-mana. Namun, karena kondisi sedang enggak lebih baik dari sebelumnya, sebisa mungkin tunda traveling dulu, ya.
Fyuh, lega banget, nih, Mama sudah divaksin. Semoga anggota keluarga lain bisa cepat dapat suntik vaksin COVID-19 juga supaya lebih aman, nyaman, dan kebal terhadap virus bandel ini. Semoga inisiatif pemerintah juga bisa berjalan dengan mulus, serta dibantu pihak-pihak lain untuk mempercepat vaksinasi ini. Sehat-sehat semuanya, ya.
0 Comments