Pohon Beringin Kembar di Alun-alun Selatan dan Perumpamaannya – Sibuk. Itulah yang tertangkap oleh kedua mata ini ketika melihat cerahnya hari berpayung awan nan biru. Juga, dibarengi oleh rutinitas masyarakat Yogyakarta yang tampak asyik melakukan aktivitasnya.
Setelah mendarat di kota ini, saya pun bergegas menuju halte Trans Jogja terdekat. Bukan apa, rasanya hanya tak ingin menyiakan waktu liburan yang berharga ini. Nah, Halte Trans Jogja ini jaraknya tidak jauh, cukup keluar gang sedikit dan menyeberang jalan. Halte kecil itu tampak di kejauhan. Dengan ongkos Rp3.000,00, saya bisa menuju tempat-tempat yang punya banyak cerita.
Baca juga: Belum ke Yogyakarta Kalau Belum Mampir ke The House of Raminten
Siang itu, saya memutuskan untuk pergi ke Malioboro dengan menyewa becak. Ini kali pertama saya menyambangi kota yang begitu tenang ini. Pemandangan di Malioboro dalam sekejap membuat saya jatuh cinta. Langit biru dan jalanan yang tak terlalu ramai menjadi teman seperjalanan saya di hari pertama.
“Di sini tempat yang bagus di mana, Pak?” tanya saya.
“Alun-alun?”
Sepertinya, saya pernah mendengar nama Alun-alun. Lantas, saya pun pergi ke Alun-alun Selatan. Sesampainya di sana, beberapa Ibu-ibu menawari saya penutup mata. Mereka menawarkan saya untuk mencoba permainan masangin.
Baca juga: Matahari Merapi dan Kisah di Puncaknya
Jadi begini, di sebuah lapangan besar di hadapan saya ini terdapat dua pohon beringin kembar yang ditanam oleh Sultan Hamengkubuwono I. Nah, siapapun boleh mencoba untuk melewati kedua pohon itu. Namun, kedua mata harus ditutup. Konon, bagi yang bisa melewati kedua pohon beringin kembar tersebut, mereka memiliki hati yang baik. Keinginan pun dapat terkabul.
Biasanya, alun-alun ini memang ramai, terutama bagi mereka yang ingin mencoba untuk melewati pohon beringin kembar tersebut. Apalagi saat malam tiba. Adrenalin lebih terpompa dan suasana mistis lebih terasa.
Baca juga: Pengalaman Naik Joglosemar Semarang-Yogyakarta
Awalnya, saya pikir ini mudah. Yang perlu kita lakukan hanyalah berdiri di tengah-tengah dari jarak sekian meter, lalu berjalan lurus ke depan. Akan tetapiiiii…… ternyata ini susah minta ampun! Sudah mencoba berkali-kali, tetapi entah mengapa jalan tak pernah lurus. Seperti ada yang mengajak saya untuk berbelok ke kiri atau ke kanan. Saya sampai berpikir, jangan-jangan saya tidak memiliki hati yang baik.
Di sini, saya belajar, menjalani hidup memang seperti menutup mata. Kita tidak akan tahu ke mana kita akan berjalan samapai kita tahu apa tujuan kita. Untuk mencapai tujuan kita pun tidak akan mudah. Ada kalanya kita akan berbelok dan butuh waktu lebih untuk mencapai tujuan kita. Namun, justru itulah kita ditantang untuk tidak menyerah hingga ke garis akhir.
Baca juga: 10 Foto Pemandangan Pagi Hari yang Bikin Kangen Traveling
Meski belum berhasil melewati pohon beringin di Alun-alun Selatan, setidaknya saya sudah mencoba. Sembari berharap suatu hari nanti bisa kembali ke sini, hati kecil dan kedua kaki ini ingin terus melangkah melewati pohon itu. Semoga di kehidupan selanjutnya, semua tujuan bisa terpenuhi.
0 Comments