Berkeliling Sambil Memotret di Pasar Beringharjo, Yogyakarta – Jika ada yang bertanya apa destinasi favorit saya di Indonesia, jawabannya sudah pasti, “Salah satunya Yogyakarta”. Alasannya, ada rasa yang bikin saya nyaman saat berada di kota ini sehingga berapa kali pun saya berada di Yogyakarta, saya enggak akan pernah bisa dipaksa untuk bosan.
Baca juga: Lebih Nikmat Menyantap Bakmi Jowo Mbah Gito di Kala Malam
Akhir tahun lalu, saya melakukan solo trip pertama ke Yogyakarta dan tepat di hari terakhir, sebelum kepulangan saya ke Jakarta, saya berencana untuk mampir ke Pasar Beringharjo yang berada di kawasan wisata Malioboro. Saya baru tahu kalau ini merupakan pasar tradisional terbesar, tertua, dan terlengkap di Yogyakarta.
Banyak pula artikel yang mengatakan bahwa Pasar Beringharjo ini jadi surganya belanja. Jelas aja, kalau mau cari sesuatu, mungkin di tempat ini kita bisa menemukan apa aja. Plus, harganya juga relatif murah dan yang pasti, kita bisa tawar-menawar, kok. Niatnya ke sini, sebenarnya bukan mau belanja, sih. Hanya ingin lihat-lihat bagaimana suasan di dalam pasar, sembari mengabadikannya lewat gambar.
Baca juga: Bertemu dengan Pelukis dan Pendiri Gereja Ayam
Pagi-pagi, saya ke Pasar Beringharjo dengan ojeg online supaya lebih cepat dan praktis. Saat sampai di sana, saya diingatkan bapak ojeg online untuk berhati-hati. Banyak pencopet di sana, katanya. Alhasil, tas ransel yang semula masih berada di punggung langsung saya pindahkan ke depan, dan saya peluk sembari berjaga-jaga.
Selesai mengucapkan terima kasih kepada bapak ojeg online, saya masuk ke dalam pasar dan ternyata di dalam cukup ramai.
Saya pun menyusuri lantai demi lantai, memerhatikan keadaan sekitar, sembari menemukan objek menarik untuk dipotret. Lalu, sampailah saya ke lantai di mana banyak penjual menjajakan tas dagangan mereka. Dan ternyata, tasnya bagus-bagus banget. Meski dijual di pasar, harga dan kualitasnya sebanding, kok. Rupanya, mereka juga punya toko online untuk menjual tas-tas mereka. Memang, yang dijual di toko online lebih mahal, sih, katanya.
Baca juga: 5 Tips Memotret di Tempat Wisata yang Penuh Keramaian
Akhirnya, saya izin motret-motret aja, sembari sesekali mengobrol dengan salah satu penjual. Tadinya, berniat mau beli satu untuk oleh-oleh, tapi barang yang mau dibawa ke Jakarta banyak sekali. Akhirnya, niat harus dibatalkan.
Anyway, kalau mau memotret di Pasar Beringharjo boleh-boleh saja, kok. Tapi, teman-teman juga harus aware dengan barang-barang bawaan, ya.
Oh ya, saya pernah posting salah satu foto di atas di Instagram dan ternyata beberapa teman berkomentar mereka enggak tahu kalau di Pasar Beringharjo dijual tas-tas lucu ini. Kebanyakan, mereka hanya tahu kalau di sini hanya banyak menjual pakaian batik saja.
Nah, inilah gunanya menyusuri pasar ini dari lantai satu sampai atas, dari ujung sampai ujung. Awalnya, saya ingin memotret pedagang sayuran aja, tapi begitu melihat ada yang menjual tas-tas ini, tepat satu lantai di atas pedagang sayur, mau enggak mau saya melipir dulu.
Baca juga: Pengalaman Naik Joglosemar Semarang-Yogyakarta
Setelah melihat foto itu, temen-temen jadi tertarik buat main ke Beringharjo lagi kapan-kapan, mampir ke toko-toko ini. Senangnya!
Selanjutnya, saya kembali berkeliling. Kali ini, giliran saya mengabadikan aktivitas para peragang buah dan sayuran. Adapula para penjual batik di lantai dasar yang lebih ramai didatangi pengunjung.
Ketika asik memotret, saya dihampiri seorang ibu berkerudung biru yang menjual… asli, lupa namanya. Pokoknya ini semacam anti nyamuk ya, kalau enggak salah? Atau gantungan? (kalau ada yang tahu apa namanya, mohon pencerahannya ya). Pokoknya, bentuknya macem-macem, ada beruang, gajah, dan lain-lain. Harganya kira-kira Rp25 ribu. Kalau beli banyak, bisa lebih murah.
Saya ditawari untuk membeli, tapi saya menolak dengan halus. Akhirnya, saya minta untuk diperbolehkan memotret sang Ibu dan dagangannya. Meski saya enggak beli, untung si Ibu ramah. Dia enggak nolak saya jepret.
Oh ya, di Pasar Beringharjo, saya nemu satu set angklung yang kepengin banget saya beli udah lama. Jadi dulu, waktu SD sempat ikutan ekskul musik dan belajar angklung, ternyata asik banget belajar alat musik tradisional ini. Berhubung set angklung yang lengkap tuh banyak banget, akhirnya kepengin punya yang do sampai do tinggi aja.
Baca juga: Di Candi Borobudur, Menjelang Malam
Nah, harga angklung yang saya temukan relatif lebih murah ketimbang yang ada di Saung Angklung Mang Udjo, Bandung. Enggak sampai Rp 100 ribu kalau enggak salah. Tapi… apa daya, seperti yang udah dibilang tadi, koper udah enggak muat dan barang bawaan beneran udah banyak.
Sebenernya bingung juga sih mau taruh angklung itu di rumah, di mananya. Kayaknya bakal jarang juga dimainin dan ujung-ujungnya pasti jadi pajangan aja. Ujung-ujungnya juga, pasti cuma menuh-menuhin rumah. Ya udah deh, akhirnya enggak jadi lagi beli lagi.
Baca juga: 7 Kuliner Semarang yang Bikin Kangen
Selesai melihat-lihat dan memotret, saya keluar Pasar Beringharjo lewat salah satu pintu yang mengarah ke kawasan wisata Malioboro dannn… di bawah ini ada beragam makanan yang mungkin bisa temen-temen coba.
Nah, setelah selesai berkeliling sambil memotret di Pasar Beringharjo, Yogyakarya, saya pun melanjutkan perjalanan ke Mirota Batik yang berada di seberangnya. Guess what, I bought something home. Ada yang bisa nebak akhirnya saya belanja apa? 😀
0 Comments