[BOOK REVIEW] Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo – Salah satu buku anak yang saya sukai ialah Diary of a Wimpy Kid. Buku yan ditulis oleh Jeff Kiney ini memiliki kekuatan cerita serta cara penyampaian yang apik sehingga membuat saya nagih untuk membaca buku-bukunya.
Namun, ini kan buku yang ditulis penulis luar. Bagaimana dengan buku anak dari penulis lokal yang bikin nagih? Ya, Na Willa: Serial Catatan Kemarin ini jawabannya. Saya menemukan buku ini secara tidak sengaja.
Namun, saya yakin pertemuan saya dengan Na Willa kala itu bukanlah sebuah kebetulan. Sebab, hingga kini, ada pertemuan-pertemuan lainnya dengan gadis mungil tersebut, dalam cerita-cerita lainnya yang disuguhkan Reda Gaudiamo. Mau bertemu juga dengannya?
Mereka Ingatan Masa Kecil Bersama Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo
Judul: Na Willa: Serial Catatan Kemarin
Penulis: Reda Gaudiamo
Ilustrator: Cecillia Hidayat
Editor: Thomas Subagyo
Penerbit: Aikon
Terbit: September 2012
ISBN: 9786029792218
Harga: Rp50.000
Si kecil Na Willa tinggal di sebuah gang di Surabaya, di rumah dengan pohon cemara di depannya. Ia menghabiskan hari dengan berlari mengejar kereta bersama Dul (walau ia selalu tertinggal), pergi ke pasar bersama Mak, melewati bapak penjual anak ayam kuning, atau memikirkan bagaimana orang bisa menyanyi-nyanyi di dalam radio.
Buku ini berisi catatan-catatan Na Willa tentang dunia yang dilihat dari kacamatanya, di sebuah masa ketika dari radio terdengar lagu-lagu Lilis Suryani dan kasur kapuk dijemur lalu dipukul dengan rotan.
Jatuh Cinta dengan Si Kecil Na Willa
Pertemuan dengan gadis kecil menggemaskan ini adalah pertemuan yang menyenangkan. Inilah salah satu buku yang menurut saya, wajib dibaca orang dewasa. Saya jatuh cinta, jatuh cinta sekali dengan cara Reda Gaudiamo membawa saya menjelajahi masa-masa lampau.
Berkaca pada kisahnya, diam-diam saya bergumam pelan, “Dulu, waktu masih kecil, pengalaman unik apa ya, yang saya dapatkan?”, “Apa saya pernah merasakan apa yang dirasakan Na Willa?”, “Dulu, Mama seperti Mak-nya Na Willa enggak, ya?”.
Baca juga: 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
Ya, apa yang dikisahkan dalam buku ini memang beda banget. Mungkin, apa yang dialami Na Willa pernah saya alami, tetapi hal itu luput dari memori saya.
Nah, membaca buku ini pun seolah bisa menjadi reminder bahwa masa kecil memang enggak ada salahnya untuk dikenang. Sama seperti kehidupan orang dewasa, ada manis, ada pula pahitnya. Ada kalanya penggalan kisah itu terlupa dan secara kebetulan, gadis mungil ini mengingatkannya kembali.
Kalau boleh jujur, saya sama sekali enggak menyesal pas tahu ada buku bagus ini. Membaca halaman demi halaman rasanya seperti Na Willa sedang mengajak saya untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya.
Saya jadi sadar, banyak yang bilang kalau jadi anak-anak itu enak banget. Enggak usah mikirin ujian, enggak perlu pusing mikirin cicilan, dan sebagainya. Yang ditahu hanya… main, main, main!
Eitss… siapa bilang? Coba baca dulu Na Willa: Serial Catatan Kemarin ini. Gadis mungil di dalam buku mencoba “berontak”. Seolah ingin bilang, “Enak aja, jadi anak-anak juga sulit, tahu!”
Tanpa sadar kadang saya senyum-senyum sendiri ketika membaca buku ini. Lucu sekali membaca kisah-kisah Na Willa yang lugu. Sebagai contoh, ayah Na Willa, yang biasa disapa Pak, pergi berangkat kerja. Pak adalah seorang pelaut. Ketika pergi bekerja, ia bisa berada di lautan berhari-hari. Suatu hari, Pak pergi lamaaaaa sekali. Kala Pak pulang, ia menyambut di balik pintu.
“Om cari siapa?” tanya Na Willa dengan polosnya. Pak menangis. Mak cepat keluar. Semenjak itu, diceritakan bahwa Pak tak pernah lagi pergi melaut lama-lama.
Ada lagi, bagaimana bisa seorang anak kecil berkepikiran ingin menikah? Semua bermula ketika ia tahu bahwa Mbak Tin, kakak ketiga teman mainnya, Ida, jadi pengantin. Mak bilang, kalau Na Willa juga bisa jadi pengantin, tapi masih lama, masih besok-besok.
Ya, besok-besok kalau Na Willa sudah lebih tinggi dari Mak. Gemesnya, diceritakan bahwa Na Willa berdoa sebelum tidur, meminta dirinya bisa cepat besar dan tinggi, lebih tinggi dari Mak. Bayangkan, anak mana sih, yang bisa berkepikiran seperti itu?
Baca juga: Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
Pengalaman membaca saya kian lengkap dengan hadirnya ilustrasi karya Cecillia Hidayat. Saya pun bisa membayangkan, oh jadi begini rupa Na Willa. Pantes bandel. Nyebelin. Gemesin. Minta dicubit. Benar-benar menghibur, deh!
Ah, andai saja ilustrasi dalam buku ini dibubuhi warna, mungkin akan lebih indah dan cerita-cerita di dalamnya lebih hidup. Enggak bisa dimungkiri, narasi dan ilustrasi memang perpaduan yang tepat untuk Na Willa: Serial Catatan Kemarin karya Reda Gaudiamo ini.
Secara keseluruhan, buku ini layak mendapatkan rating yang tinggi. Ide dan penyampaian cerita dalam Na Willa: Serial Catatan Kemarin karya Reda Gaudiamo ini memang patut diacungi jempol.
Hanya saja, terkadang saya menemukan paragraf-paragraf yang terlalu tebal. Bahkan, satu halaman penuh hanya satu paragraf. Saya rasa agak kasihan untuk mata. Lebih baik dibagi ke dalam beberapa paragraf sehingga membacanya jadi lebih enak dan nyaman.
FYI, Na Willa ada cerita lanjutannya, lho. Judulnya Na Willa dan Rumah dalam Gang. Saya sedang membaca buku keduanya ini. Oh ya, karena buku keduanya sudah terbit, POST Press selaku penerbit buku kedua mencetak ulang buku yang pertama dengan sampul yang disesuaikan.
Buat kamu yang ingin membeli buku Na Willa: Serial Catatan Kemarin karya Reda Gaudiamo dengan sampul asli, mungkin sudah agak susah untuk didapatkan. Saya malah berkepikiran untuk membeli lagi yang sampul terbaru, soalnya buku yang saya miliki, pinggiran kertasnya sudah mulai menguning dan memiliki bercak-bercak.
Beli bukunya di mana?
Mau ketemu Na Willa juga? Kalau kamu ingin membeli buku ini, entah yang pertama maupun kedua, silakan menghubungi berbagai toko buku independen di dekat kamu, ya. Ada POST Bookshop Pasar Santa, Kineruku, Mojokstore, Demabuku, banyaaaaakk.
Untuk kamu yang belum mengetahui kisah-kisah manis gadis kecil ini, selamat membaca, ya!
Baca artikel lainnya, yuk! Nggak kalah menarik, lho.
[BOOK REVIEW] Aku, Meps, dan Beps Karya Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo
1. 5 Rekomendasi Toko Buku Favorit Buat Beli Buku Online
2. Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?
3. Apa Itu Books Aficionado?
4. Q&A: 15 Fun Facts about Me and My Bookstagram @sintiawithbooks
5. 7 Tips Meningkatkan Follower Bookstagram untuk Pemula
6. 30 Bookstagram Terms You Should Know
7. 20 Inspirasi Rainbow Bookshelf di Bookstagram yang Bikin Betah Baca Buku Seharian
8. Pengalaman Borong Buku di Big Bad Wolf Jakarta (Bonus: 5 Tips Biar Enggak Kalap)
9. 5 Buku Favorit yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Anak-anak
10. Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi
11. 5 Teknik Meningkatkan Engagement Bookstagram Lewat Pemberian Komentar
12. 30+ Most Popular Bookstagram Hashtags to Increase Your Followers
13. 15 Rupi Kaur Powerful Quotes Every Girl Needs to Read
14. 15 Akun Bookstagram Indonesia Terfavorit, Sudah Follow Belum?
15. 3 Penulis Teenlit yang Novelnya Bikin Kangen Masa SMA
16. 7 Benda yang Bisa Kamu Jadikan Pembatas Buku
17. Pengalaman Mengirim Buku Gratis Lewat Kantor Pos Setiap Tanggal 17
18. 11 Most Creative Bookstagrammer to Follow in 2018
19. 7 Properti untuk Bookstagram Biar Foto Makin Keren
20. [BOOK REVIEW] Gadis Daun Jeruk, Si Pengingat Mimpi
21. 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
22. Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
23. [BOOK REVIEW] Kita, Kami, Kamu Karya Soca Sobhita & Reda Gaudiamo
Waahh format review nya keren banget! XD Informatif dan foto-fotonya juga bagus ?? Keep up the great work! 😀
Hi, Stefanie! Thank you for visiting my blog and thank you for the appreciation. Aku juga suka banget sama ulasan dan foto-fotomu. Jadi dapet banyak rekomendasi buku-buku bagus juga, deh. Hehehe. Salam kenal, ya 😀
Reviewnya komplit bgt, thx
Terima kasih untuk apresiasinya 😀
Membaca Na Willa serasa balik ke tahun 1960-an dari sudut pandang gadis kecil, dan beberapa bagian bikin ketawa ada juga yang bikin meringis. Cocok buat bacaan bareng anak, nih! Such a keeper!
Bahkan, nggak cuma cocok buat jadi bacaan anak-anak, orang dewasa juga masih asyik pas bacanya. Rasanya seperti flashback 😀