Miiko dan Tappei: Tokoh Fiksi Komik Kesayangan – Pagi ini kedua telinga disibukkan oleh dendangan lagu “When You Love Someone”-nya Endah N Rhesa. Mereka baru saja merayakan sweet 17 anniversary lagu legendaris ini dengan merilis versi yang agak sedikit berbeda, tapi jauh lebih enak. Bisa dibilang, lagu ini adalah galau anthem terbaik saya pada zamannya.
Pertama kali dengar, mungkin saya masih duduk di bangku SD atau SMP, awal-awal perkenalan saya dengan istilah jatuh cinta. “When You Love Someone” mengingatkan saya pada kakak-kakak kelas (wow, ada banyak) yang saya jadikan sasaran cinta monyet, yang cuma bisa saya pandangi dari jauh, yang namanya memenuhi buku diary, dan yang tentu saja nggak pernah saya gapai hatinya. WKWKWK. 😆
Kalau ingat masa-masa itu, pikiran saya jadi berkelana ke salah satu komik favorit yang masih saya koleksi hingga saat ini: Hai, Miiko!. Dalam dunia fiksi, mungkin kisah mereka lebih indah dan dekat dengan harapan.
Kalau saja saat saya masih seumuran Miiko dan Tappei sudah membaca komik ini, mungkin saya akan berharap bisa punya kisah cinta monyet yang lucu dan menggemaskan, meski kerap kali bikin jengkel pembaca karena keenggakpekaan mereka. Gimana, nggak? Hati pembaca ditarik ulur terus, sih.
Padahal, saya merasa Miiko yang polos, apa adanya, dan nggak jaim, cocok sekali dengan Tappei yang kadang gengsian dan cuek, tapi tulus, senang membantu, dan care ampun-ampunan. Kalau ketemu sosok Tappei di kehidupan nyata, beruntung sekali perempuan yang dapat merebut hatinya.
Bila berandai-andai, rasanya pengin ngajak kencan bareng mereka berdua. Entah saya bawa partner sendiri lalu kami bakal double date kakak-adik atau kami nge-date bertiga dan saya jadi “nyamuk” aja. Hahaha. Penasaran, kalau beneran masuk ke dalam kisah di komik, gimana, ya, suasana dan perasaan mereka sebenarnya?
Di kencan itu, saya bersedia sekali jadi mak comblang seperti dalam kisah “Mari-chan Jadi Cupid!?” di Hai, Miiko! 33. Dan sebagai “kakak” yang baik yang sudah mengikuti kisah cinta monyet mereka selama bertahun-tahun, tentu saja kepengin mereka benar-benar jadian. 😂
Tapi yaa … komik ini nampaknya belum bosan menyajikan tema “falling in love with people we can actually but they prefer otherwise for who knows how long.” Makanya, sangat-sangat sabar baca baca Hai, Miiko! 34 ketika para tokohnya sudah jadi anak SMP!
Omong-omong, kembali soal kencan, sepertinya seru juga, ya, kalau nge-date ramean bareng Mari-chan, Yukko, dan Kenta. Jalan bareng sama sahabat-sahabat baik ini pasti ada aja hal yang menyenangkan.
Kalau betulan terjadi, saya akan mengajak mereka pergi hanami, menikmati keindahan bunga-bunga sakura yang sedang bermekaran, sembari piknik di bawahnya gugurannya.
Dua hari sebelumnya, kami berkumpul sepulang jam sekolah dan saling berbagi tugas. Siapa membawa makanan atau minuman apa, siapa yang membawa alas tikar, siapa yang memikirkan games untuk dimainkan, siapa yang menyusun acara selanjutnya, dan sebagainya.
Kami akan bertemu di stasiun untuk kemudian melanjutkan perjalanan bersama menuju taman bunga sakura. Kami memilih tempat kosong dan menggelar tikar. Masing-masing dari kami mengeluarkan beragam makanan dari dalam kotak bekal, yang tentu saja ada onigiri. Oh, Kenta ternyata membawa croffle dari toko kuenya, Satou Bakery! (Jujur halu bangeett, HAHAHA 🤣).
Acara piknik hari itu diselingi tawa canda dan berbagai obrolan menarik seputar masa depan. Misalnya, kalau Miiko berulang tahun pengin dapat hadiah apa, apakah Kenta ingin masuk SMA Kejuruan Tata Boga dan toko kue seperti apa yang ingin dibangun bersama Yukko nanti, Yukko kalau sudah besar ingin jadi guru apa dan mengajar di sekolah mana, Mari-chan kepikiran pengin bikin majalah komik sendiri nggak, Kakak Sintia selain jadi “nyamuk” di acara kencan ini bisa ngapain lagi nih, dan tentu saja pertanyaan pamungkas, kapan Tappei nembak Miiko dan mereka jadian, siiih?
Kalau sudah lebih besar nanti Miiko dan Tappei beneran jadian, kisah manis dan konyol apa yang akan mereka lalui bersama-sama, ya? Rasanya kayak kepengin ketemu peramal yang sering datang tiba-tiba dan meramal kisah keduanya di masa depan. Hihihi.
Duh, nggak kebayang kalau cerita Hai, Miiko! ini diutak-atik menjadi versi pembaca. Ceritanya bakal jadi kayak gimana coba? 😆
Selesai ngobrol-ngobrol, acara kencan dilanjutkan dengan kelas menggambar bersama Mari-chan. Saya kagum sekali dengan passion menggambar yang sudah ditekuninya sejak lama. Entah di volume ke berapa saya bisa membaca cewek mungil ini beneran jadi komikus sukses.
Omong-omong, di kencan ini Mari-chan baik sekali. Ia membawa beberapa lembar kertas gambar sementara kami membawa pensil masing-masing. Kami akan saling menggambar wajah teman lain dan nanti gambarnya akan ditukar untuk disimpan.
Tentu saja, Tappei akan menggambar Miiko, begitupun sebaliknya. Sudah ketebak lah ya, gimana gambar Tappei. Iseng, tapi sayang.
Angin berembus sepoi-sepoi. Bunga sakura masih menikmati waktu gugurnya. Selebihnya adalah waktu bebas. Saya memilih baca buku sambil sesekali menyesap teh hijau hangat, sementara yang lainnya masih asyik makan sambil riang bercanda.
Tappei mengeluarkan kameranya dan kami berfoto sebagai kenang-kenangan di akhir kencan. Hmm … momen bersama adik-adik yang sungguh hangat dan menyenangkan.
Mungkin kegiatan kencan bersama Miiko, Tappei, dan teman-teman tampak sederhana. Nggak apa-apa, kalau dilakukan bersama orang-orang tersayang, tentu jadi lebih berkesan, bukan?
0 Comments