Pengalaman Menginap di Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman Jogja – Perjalanan dengan DAMRI dari Yogyakarta International Airport Kulonprogo membawa saya ke Jalan Parangtritis, yang lokasinya nggak terlalu jauh dari Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman. Rencananya, saya akan menginap di sana selama 3 hari 2 malam.
Segera saya memesan taksi online dari titik tempat saya diturunkan. Entah di mana saya berada. Pas pesan, nyatanya terpaksa harus cancel 2-3 pengemudi yang tawar-menawar. “Mbak, saya dari arah utara, bisa jalan sedikit ke arah selatan?, “Mbak, bisa jalan sedikit soalnya saya sudah kelewatan?”, “Lokasi di mana, Mbak? Patokannya apa? Saya dari utara dan harus putar balik jauh. Mau tunggu?”
Jujur, siang itu tenaga saya sudah di ambang batas karena belum makan berat seharian akibat jadwal penerbangan yang ditunda, perjalanan jauh, dan menunggu ini-itu terlalu lama. Makanya, bersyukur banget ketika (pada akhirnya) dapet driver yang kooperatif sekali. :”)
Perjalanan dari titik jemput ke Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman kurang lebih sekitar 8 menit. Harusnya bisa lebih cepat, tapi ternyata ada jalan yang ditutup. Betapa bahagianya saya saat sampai di hotel incaran ini. Rasanya pengin cepet-cepet check in, taruh tas dalam kamar, dan cari makan.
Pengalaman Menginap Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman Jogja
View this post on Instagram
Tentang Hotel Greenhost
Tampak luar, hotel ini terasa rimbun sekali dan mudah dicari. Tanaman merambat yang menutupi dinding depan menjadi khas yang bikin wisatawan ingin melirik. Mengusung konsep modern dengan sentuhan kebudayaan lokal, Greenhost Hotel berkomitmen untuk beroperasi dengan penuh tanggung jawab dan berkelanjutan, utamanya untuk lingkungan dan komunitas lokal.
Seperti yang diketahui, hotel ini menjadi salah satu lokasi shooting Ada Apa dengan Cinta 2. Kalau dilihat, suasana hotel kala itu belum serimbun sekarang. Look at now! π
Proses check in lancar
Kerimbunan itu pun juga bisa ditemui ketika masuk ke dalam hotel. Tanaman hijau di mana-mana dan dapat ditemui dengan mudah di segala. Asri sekali.
Saya menggeret koper menuju resepsionis dan berkata bahwa saya ingin check in. Permintaan saya langsung diproses. Omong-omong, entah kenapa bagian lobby dan resepsionis hotel ini gelap sekali. Seperti hanya mengandalkan cahaya yang masuk dari ruang semi terbuka hijau di area tengah hotel., tapi nggak secara langsung menerangi bagian resepsionis. Entahlah.
Setelah memberikan KTP dan mengisi form kesehatan, nggak lama saya diberikan key card sebagai akses untuk masuk ke dalam kamar. Prosesnya cepat dan lancar. Nggak sabar pengin istirahat.
Kamar berdesain inovatif dan eksperimental
Whoaaa … akhirnya sampai juga! Saya pesan Deluxe Room dengan satu tempat tidur besar dan tanpa breakfast, dengan rate sekitar Rp500 ribuan semalam.
Pada bagian kiri ada kamar mandi, dan di bagian kanan ada lemari untuk menyimpan tas serta menggantung pakaian. Lalu ada area tempat tidur, juga desk dengan amenities dan TV yang layarnya berukuran kecil.
Jika menyibak gorden kamar ini, saya bisa melihat aktivitas warga lokal yang tinggal di sekitaran hotel. Tanaman merambat menutupi sebagian pemandangan. Saya melongok ke bawah gorden. Kedua mata menangkap batu-batu koral berwana-warni yang menghiasi kamar ini. Wow, I’m so in love with the details!
Bila diperhatikan, kamar ini mengusung konsep industrial modern. Hal itu pun tampak jelas dari dinding kamar berwarna monokrom yang seolah menonjolkan elemen material aslinya. Nuansa hijau di dalam kamar pun juga dihadirkan, meski hanya melalui benda kecil seperti tanaman di dalam satu tembok.
Kemudian, elemen kayu dan warna-warna senada yang dihadirkan pun tampak membuat kamar ini begitu stylish, hangat, dan memesona. Bagaimana bisa nggak jatuh cinta? π³β€
Tempat tidur di kamar ini dilengkapi dengan sprei, selimut, dan bantal yang bersih. Empuknya nggak perlu diragukan lagi. Hari pertama di Jogja saya sempat nggak enak badan karena telat makan. Niat tidur lebih awal dan kepengin merasa mendingan itu didukung penuh oleh empuknya bantal dan kasur (dan tentu saja Tolak Angin). Besoknya bangun-bangun langsung seger lagi.
Omong-omong, amenities yang cukup standar pun juga tersedia, seperti kopi, teh, dan gula, ketel listrik, cangkir, dan air minum. Sayangnya, Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman masih memberikan air mineral dalam kemasan botol plastik.
Meski bisa didaur ulang, saya pikir inisiatif pengemasan air mineral ini bisa meniru Qubika Hotel Gading Serpong yang sudah menggunakan botol kaca dan mempersilakan tamu yang menginap untuk me-refill air minum mereka secara mandiri di titik-titik yang disediakan.
Meja kerja
Di dekat gorden atau jendela besar, ada spot yang cukup untuk laptop-an. I thought that the Greenhost Hotel Management was so thoughtful, though. Ada reed difusser yang entah wanginya apa, tapi cukup bikin rileks ketika berada di dalam kamar atau ketika sedang bekerja dengan laptop. Hanya saja, kursi kayu yang disediakan nggak memiliki bantalan empuk sehingga mungkin kurang nyaman jika harus duduk berjam-jam.
Kamar mandi mungil
Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman memanfaatkan ukuran Deluxe Room ini seoptimal mungkin sehingga untuk ukuran kamar mandiri sendiri nggak terlalu luas. Pintu yang digunakan berbahan kayu dan untuk membukanya, bisa digeser ke arah kiri dan kanan.
Bathroom amenities yang diberikan ada sampo dan sabun, shower cap, tooth brush & paste, serta sanitary bag. Nggak disediakan hair dryer di sini, tapi bisa pinjam dengan menghubungi room service.
Area shower dan toilet dibatasi tirai putih, yang bisa ditutup atau dibuka saja. Kloset aman, ada semprotannya pula, persediaan tisu toilet cukup, shower juga aman, air panasnya pun cepat keluar.
Hanya saja, di salah satu dinding kamar mandi ini terdapat lubang yang sepertinya digunakan untuk memperlancar sirkulasi udara. Jika suasana hotel sedang hening sekali, saya bisa mendengar pembicaraan orang yang lewat di depan kamar saya. Kadang jadi cemas sendiri karena rasanya seperti “sedekat” itu. π
Pelayanan yang ramah
Selama menginap di Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman, saya merasa semua petugas di sana welcome dan helpful banget ke semua tamu. Mau pinjam har dryer dan setrika, sendok dan garpu untuk makan di kamar, minta bantuan untuk membawakan barang, wah semuanya gercep! Senang sekali rasanya bisa menghabiskan waktu di sini.
Breakfast
Karena saya nggak memesan kamar dengan breakfast, alhasil saya nggak bisa ceritakan pengalamannya di sini. Namun, area breakfast di Art Kitchen Restaurant ini terletak di lantai pertama, lantai yang sama dengan lobby.
Di area semi outdoor ini, tamu yang menginap bisa memilih meja manapun dekat kolam renang. Saya lihat, protokol kesehatan di Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman ini juga dijalankan dengan baik. Satu meja idealnya diisi 2 orang saja dan jarak antara meja satu dan yang lainnya nggak terlalu dekat.
Kolam renang dan faslitas lainnya
Kolam renang berada di lantai yang sama dan bersebelahan langsung dengan restoran. Di berbagai sisi kolam renang diberi tanaman tinggi yang menjadi pemisah ruang. Saat akhir pekan, biasanya kolam renang ini dipakai oleh keluarga, terutama anak-anak.
Duh, rasanya syahdu banget duduk-duduk santai di area kolam renang ini, Tanaman-tanaman yang mengelilingi membikin Jogja terasa lebih adem.
Selain restoran dan kolam renang, di lantai ini juga terdapat Creative Sharing Space, Genetika Concept Store, Tea Spa by Saarah Day Spa, dan Fitness Corner. Di area Fitness Corner, terdapat sepeda yang bisa dipinjam (atau disewa, ya?) untuk berkeliling.
Di lantai paling atas alias Rooftop Level, terdapat Creative Farming, Cinnamon Meeting Room, serta Prayer Room (mushala). Sebelum check out, saya sempat mampir ke Creative Farming tempat berbagai tanaman dirawat dengan baik. Bahkan, sayur-sayuran yang terhidang di restoran hotel ini berasal dari sini, lho. Interesting!
Kena prank hujan buatan
Yang menarik, hotel ini memiliki hujan buatan, lho! Pernah suatu kali saya keluar dari kamar hotel dan kaget karena tahu-tahu hujan. Sempat kecewa karena hari itu sudah dandan rapi dan rencananya akan bepergian dengan ojeg online.
Namun pas turun ke bawah, lho, lho, kok di luar panas menyengat? Oalah … ternyata hujan buatan, toh! Berasa di-prank. Hati saya langsung lega seketika. Fyuuhhh … π
Sepengamatan saya, hujan buatan ini turun setelah jam breakfast usai. Kalau nggak salah wakut itu hari Minggu. Hujan buatan ini tentu saja tujuannya adalah mengairi tanaman-tanaman yang menghiasi hotel hijau ini. Ini bikin saya makin jatuh cinta dengan konsep Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman. β€
Kesimpulan
Rasanya cukup puas mengnap 3 hari 2 malam di hotel ini. Saya semakin dibikin percaya kalau hotel yang dipesan ketika sedangΒ traveling bukan cuma sekadar untuk tidur saja, melainkan untuk melepas penat, merontokkan lelah, menyembuhkan diri, mengisi ulang energi. Rasanya saya bisa dapatkan itu semua di hotel ini.
View this post on Instagram
Sembari menunggu GoCar yang akan mengantar saya ke La Casa Jogja, saya melangkahkan kaki ke depan hotel untuk berfoto dengan background mural keren yang saya lihat di Instagram. Mural ini berjudul “In Your Eyes” yang digambar oleh Zabou, sreet artist asal Prancis yang tinggal di London. Karya berukuran 3x4m ini dibuat pada 2018 lalu. Ada yang bisa nebak wanita di mural ini mirip siapa?
Berfoto di depannya semakin menambah kenangan manis saya kala berada di Jogja. Heran, kenapa, sih, kota ini ngangenin terus? Ingin rasanya tinggal lebih lama sembaru menelusuri penjelajahan satu per satu.
0 Comments