Gereja Tertua di Surabaya: Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria – Sebelum mengisi perut di Rawon Setan Bu Sup, saya menyempatkan diri untuk mampir sebentar ke Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria.
Jaraknya sekitar 4,6 kilometer dan memakan waktu sekitar 10 menit. Waktu itu saya naik transportasi online biar cepat, lantaran mengejar waktu ke bandara sore harinya.
Sebagai informasi, Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria ini merupakan gereja tertua di Surabaya. Saya merasa ada kewajiban untuk mampir karena wisata rohani selalu menarik minat saya.
Contents
Memang, biasanya enggak ada banyak aktivitas yang saya lakukan ketika mengunjungi gereja.
Namun biasanya, selain melihat interior gereja sembari foto-foto, saya selalu mampir ke Gua Maria untuk menitipkan doa. Bisa dibilang, ini sebagai bentuk ziarah singkat saya.
Baca juga: Kepincut Kerennya House of Sampoerna Surabaya
Atau, apabila ada toko yang menjual benda-benda rohani, saya pasti mampir dan membawa pulang oleh-oleh. Entah itu rosario, gantungan kunci, apapun itu.
Mari ikuti perjalanan saya kali ini di saya Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, gereja tertua di Surabaya.
Sejarah Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria
Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, gereja tertua di Surabaya ini akrab disebut dengan nama Gereja Kepanjen, soalnya terletak di jalan bernama sama.
Adanya gereja ini bermula dari kedatangan Pastor Hendrikus Waanders Pr dan Pastor Philipus Waanders Pr pada 1810. Keduanya adalah imam pertama di Surabaya.
Pada 1985, Pastor Hendrikus membangun stasi pertama di Surabaya, yang mana itu berarti merupakan stasi kelima di Indonesia. Nah, stasi ini baru memiliki gereja di tahun ke-7.
Nyatanya, semakin lama, umat semakin banyak. Bangunan gereja lama-kelamaan juga mulai rusak. Nah, akhirnya dibangunlah gereja baru, Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, yang sedang saya bahas pada tulisan ini.
Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria ini didirikan pada 18 April 1899, dan diberkati pada 5 Agustus 1900.
Pembangunan gereja yang dapat menampung sekitar 3.000 umat ini ini diinisiasi oleh Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen SJ, seorang uskup Belanda.
Pernah Terbakar pada Pertempuran Surabaya (1945)
Ternyata, gereja ini pernah terbakar akibat pertempuran Surabaya yang terjadi pada 1945 silam. Atap hancur, ukiran kaca enggak lagi berbentuk, hanya pondasi gereja saja yang tersisa.
Lima tahun berselang, tepatnya pada 1950, gereja ini direnovasi oleh Pastor Bastiansen dengan banyak perubahan, kecuali struktur bangunan itu sendiri.
Kaca-kacanya kini menjadi polos, begitu juga dengan bangku-bangkunya. Ornamen dan kaca tempat cahaya masuk berubah. Lalu, enggak ada lagi menara kecil pada bagian depan gereja. Bisa lihat perbandingannya di halaman ini, ya.
Pengalaman Rohani Mengunjungi Gereja Tertua di Surabaya
Saya sampai di Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria saat siang hari. Tampak luar, gereja ini sepi. Jelas saja, hari itu Senin, biasanya enggak ada ibadah. Saya pun masuk ke dalam gerbangnya.
Seorang satpam menyambut dan menanyakan keperluan saya ke sana. Saya menjawab kalau saya hanya ingin mampir dan melihat-lihat saja. Setelah itu, saya diperbolehkan masuk.
Saya langsung masuk ke dalam melalui pintu kecil yang terbuka. Sebenarnya, gereja ini enggak terlalu besar. Sama seperti Katedral Jakarta, gereja ini memanjang ke belakang.
Sebagai informasi, Gereja dengan nama Belanda “Onze Lieve Vrouw Geeborte” ini mengusung arsitektur Eropa bergaya Neo Gothic. Rancangannya pun dibuat oleh W. Westmaas, arsitektur berkebangsaan Belanda yang tinggal di Semarang.
Menurut informasi yang saya dapat dari situs Rooang, ada arsitektur asal Indonesia yang turut andil. Muljono Widjosastro, namanya.
Kalau dilihat-lihat, arsitektur Eropa memang benar-benar terasa. Contohnya, dari dinding-dinding bata tampak luar yang begitu kokoh. Kemudian, ada juga rose window (jendela berbentuk bundar) yang enggak kalah cantik.
Dindingnya yang berwarna putih dihiasi berbagai lukisan yang menggambarkan kisah-kisah Yesus.
Kemudian pada jendela-jendelanya, terdapat kaca mozaik yang menggamabrkan perjalanan Yesus Kristus bersama murid-murid-Nya. Pun, dihiasi simbol-simbol yang saya enggak terlalu paham artinya. Namun yang saya tahu, semuanya begitu indah.
Untuk pilar dan langit-langit kayu di gereja ini, katanya menggunakan kayu jati asal Kalimanta. Keren!
Saya berjalan mendekat ke altar suci. Ini merupakan tempat di mana romo atau pastor biasanya memimpin misa. Sebagai informasi, saya menyebut area ini suci karena memang enggak sembarang orang bisa menginjaknya.
Biasanya, romo, petugas ibadah seperti prodiakon, pemazmur, lektor, putra altar, dan putri sakristi harus membungkukkan badan sebelum menginjak altar suci. Membungkukkan badan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan Yesus itu sendiri.
Nah, karena saya enggak ada kepentingan apapun di altar suci ini, maka saya hanya memotretnya saja dari dekat, sembari memandangi ornamen pada dinding dan jendelanya.
Oh ya, di sebelah kiri altar ada patung Bunda Maria yang biasanya dijadikan medium umat Katolik untuk berdoa. Di gereja-gereja lainnya kurang lebih juga demikian.
Selanjutnya, saya pergi ke belakang gereja, tempat di mana Area Doa berada. Di sini, umat Katolik bisa melakukan jalan salib secara pribadi atau berkelompok. Kalau saya sendiri memilih untuk langsung menyambangi Gua Maria.
Gua Maria ini begitu teduh dan menenangkan. Ukurannya lumayan besar. Pohon-pohon di sekitarnya membikin adem. Ini bisa membuat umat nyaman berdoa di sini, meski siang hari pun.
Di gua ini, ada beberapa bantalan yang bisa digunakan umat untuk berlutut dan berdoa kepada Bunda Maria.
Disediakan pula beberapa doa yang bisa didaraskan, sebagai contoh: Doa untuk Kesungguhan Hati dan Doa Penyerahan.
Saya pun langsung berlutut di salah satu bantalan, menatap patung Bunda Maria dengan hormat, membuat tanda salib, lalu memejamkan mata.
Saya auto-curhat ke Bunda Maria. Segala syukur saya berikan, segala keluh kesah saya sampaikan, segala harap saya utarakan. Tenanglah hati saya selepas berdoa.
Oh ya, selain Gua Maria, umat atau pengunjung lain juga bisa berdoa di depan patung Yesus Kristus yang enggak jauh dari sana.
Di tempat ini juga disediakan tempat duduk untuk agar para umat bisa berdoa dengan lebih khusyuk dan nyaman.
Tanaman yang mengelilingi Area Doa ini juga membikin Surabaya yang terik menjadi lebih adem.
Jadwal Misa dan Sekretariat
Apabila Anda ingin mengikuti misa di gereja ini, berikut ini adalah jadwal misa
- Sabtu Sore: pukul 18.00 WIB
- Minggu Pagi: pukul 06.00 WIB, 08.00 WIB, 10.00 WIB
- Minggu Sore: pukul 18.00 WIB
- Misa Harian Pagi: pukul 05.30 WIB; Sore: pukul 18.00 WIB
- Misa Oase: setiap Jumat pukul 12.00 WIB
Jadwal Sekretariat Paroki
- Senin – Jumat: 08.00 – 14.00 WIB; 17.00 – 19.00 WIB
- Sabtu: 08.00 – 12.00 WIB; 17.00 – 19.00 WIB
Lokasi Gereja
Nah, itulah dia sekilas soal gereja tertua di Surabaya, Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria. Suatu pengalaman menyenangkan bisa mampir ke sini, sebelum kembali ke rumah.
Oh ya, selain mengunjungi gereja ini, tempat-tempat lain yang saya kunjungi di Surabaya ialah House of Sampoerna, Klenteng Hong Tiek Hian, Lontong Balap Pak Gendut, Rawon Setan Bu Sup, hingga berburu oleh-oleh di Bhek. Ikuti perjalanan kali ini, ya! 😀
Wahh keren banget nih kak sintia.
Fotonya juga bagus2.
Aku juga udah ke sana nih kebetulan, tempat bersejarah banget di Surabaya.
Nice post 😀
Wah, udah pernah ke gereja ini juga, Mas? Boleh Mas, di-share juga pengalamannya di blog. Hehe 😀
Baru tahu kalau ini gereja tertua di Surabaya. Tapi sebetulnya yang berdiri sekarang hasil renovasi tahun 50-an ya. Keren.
Iya betul. Kalau lihat foto bangunan gereja ini waktu pertama kali dibangun, gak kalah bagusnya, menurutku.
oo jadi ini ya gerejanya, aku sering liat tmn2 post foto di halaman gereja ini. dari luar kayak bangunan eropa gitu ya, dalemnya mirip banget sm katedral bogor, memanjang gitu, yg beda cuma luarnya aja
Betul dari luar seperti bangunan bergaya Eropa. Modelnya pun sama seperti Katedral Jakarta yang memanjang ke belakang. Kalau Katedral Bogor, belum pernah ke sana. Hehe. 🙂
Asli bagus banget gerejanya. Berasa di Eropa pas lihat fotonya. Dan ini gereja tua yah
Iya betul ini gereja tua. Gaya Eropa zaman dulu masih dipertahankan. 🙂