Pengalaman Menggunakan Cabaca, Platform Penyedia Bacaan Alternatif – Belakangan ini saya lagi bosan banget dengan bacaan yang itu-itu aja. Belum lagi ditambah dengan kesibukan kantor yang bikin saya seolah kehabisan waktu dan nggak sempat buat baca buku, bahkan sebelum tidur.
Saat akhir pekan pun, rasanya ingin leyeh-leyeh dan melakukan aktivitas pasif saja, misalnya seperti mendengarkan musik atau streaming film.
Namun saya sadar, saya nggak bisa terlalu lama jauh-jauh dari buku. Bisa-bisa saya lupa rasa nikmat melahap kata demi kata yang dikarang penulis. Akhirnya saya coba untuk mengunduh sebuah aplikasi penyedia berbagai bacaan bernama Cabaca.
Udah lama banget tahu soal aplikasi ini, tapi belum sempat menggunakannya karena di rumah masih banyak banget buku yang belum dibaca. Namun, karena memang lagi ingin membaca karya berbeda dari penulis lain, akhirnya saya unduh, deh.
Ternyata keputusan saya tepat. Aplikasi Cabaca bisa jadi permulaan yang baik untuk saya yang sedang terkena reading slump. Begini pengalaman selengkapnya.
Pengalaman Menggunakan Cabaca
First impression saya terhadap Cabaca adalah aplikasi ini memiliki tampilan yang user friendly. Pemakaiannya cukup mudah dan nggak membingungkan. Pada bagian atas, terdapat berbagai kategori yang bisa dipilih pembaca, mulai dari romance, adult, comedy, teenlit, action, dan masih banyak lagi.
Kemudian, ada berbagai rekomendasi buku yang kelihatannya seru-seru banget! Kalau dilihat dari sampulnya sih lucu-lucu. Hehe. 😀
Nah, untuk menemukan buku-buku yang ingin dibaca di aplikasi Cabaca pun cukup mudah. Selain bisa menelusurinya melalui kategori secara satu per satu, pengguna bisa menemukannya lewat kolom pencarian. Cukup ketikkan keyword seperti nama penulis atau judul buku.
Jika sudah ketemu, pengguna dapat berlangganan, mengunduh buku, menambahkannya ke daftar bacaan, atau membagikannya ke platform lain. Kalau mau langsung mulai baca juga bisa! Nantinya di setiap bab, pengguna bisa memberikan rating, menekan tombol suka, atau memberikan komentar. Asyik banget, kan!
Menurut saya, ini fitur yang cukup oke yang dimiliki oleh aplikasi Cabaca sebab di sinilah pembaca bisa menyampaikan kritik, saran, atau apresiasi agar si penulis bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi.
Misi Kerang Gratis
Yang nggak kalah menarik, aplikasi Cabaca memiliki Misi Kerang Gratis, yang berfungsi sebagai token atau alat pembayaran jika ingin membaca bab-bab tertentu pada suatu buku. Beberapa misi yang bisa dijalankan ialah:
- bonus daftar akun (50 kerang)
- komentar di tiap bab (3 kerang)
- membagikan kode (50 kerang)
- rating buku (5 kerang)
- level baca (250-750 kerang)
- bonus bagikan buku (2 kerang)
- bonus baca 10 menit (10 kerang)
Seru banget, kan? Kerang ini memang bisa dibeli, tapi kalau bisa dapat secara gratis, why not?
Membaca lewat aplikasi
Oh ya, banyak juga nih yang bertanya, apakah nyaman membaca tulisan di aplikasi Cabaca? Soalnya, banyak yang merasa kalau membaca lewat gawai bikin mata kurang nyaman. Nah, kalau saya sendiri pada awalnya memang agak nggak nyaman karena belum terbiasa. Makanya, saya bacanya setengah-setengah. Setengah lewat ponsel, setengah lagi lewat laptop (Yes, bacaan ini bisa kamu akses lewat laptop/PC juga).
Di sisi lain, pengguna juga bisa memanfaatkan fitur Pengaturan Baca. Fitur apa ini? Pengguna dapat memilih warna backgroud yang lebih pas di mata, entah itu putih, kuning, atau hitam. Ada dua pilihan mode baca, yakni (infinite) scroll dan swipe.
Baca juga: 13 Favorite Bookish TikTok Accounts to Follow in 2020
Lalu, pengguna juga bisa mengganti jenis tulisan juga, lho! Ada Verdana, Baskerville, Comic Sans, dan Gill Sans. Tulisan pada layar terlalu kecil? Tenang, pengguna bisa menyesuaikannya dengan memperbesar atau memperkecil ukuran tulisan.
Di balik hal-hal keren tersebut, tetap saja, menurut saya ada beberapa hal yang bisa diperbaiki dari aplikasi Cabaca. Misalnya, aplikasi Cabaca harus dibuat tidak bisa di-screenshot, terutama ketika sedang membaca bukunya. Kenapa? Agak rawan dengan pembajakan nggak, sih?
Rekomendasi novel di Cabaca
Salah satu novel romance yang saya baca ialah Happily Ever After karya Respati Kasih. Novel yang memiliki 14 bab ini bercerita tentang Ares dan Raina, sepasang suami-istri yang pernikahannya baru seumur jagung, tapi terpaksa harus dihadapkan masa lalu yang pelan-pelan mempertanyakan soal hubungan mereka.
Awalnya, Raina terpaksa menerima lamaran Ares. Hal itu membuat dirinya harus menjalani pernikahannya dengan penuh kebencian dan amarah. Namun di sisi lain, Ares mencoba untuk menerima semua perlakuan ketus Raina. Ia malah menganggap, segala yang tak dibuat-buat Raina terasa manis di mata Ares.
Namun siapa sangka, masa lalu demi masa lalu datang memburu. Pernikahan mereka di ujung tanduk. Keduanya ragu apakah mereka harus bertahan atau mencari arti kebahagiaan mereka masing-masing?
Wah, selesai membaca novel ini, rasanya rindu sekali tenggelam di dalam novel romantis. Bisa dibilang, dari awal sampai akhir, novel ini selalu dibumbui konfik ini-itu, mulai dari hal-hal sepele, sampai hal yang teramat serius.
Saya suka banget dengan karakter dua tokoh utamanya. Raina yang super galak, yang kalau ngomong nggak disaring, benar-benar menunjukan kekonsitenannya dalam suatu dialog. Bayangin, sama suaminya sendiri beneran ketus abis! Ini malah bikin saya penasaran, apa sih yang membikin Raina sampai segitunya?
Di lain sisi, Ares yang diceritakan seolah seperti pria impian, tampak sabar dan nggak ingin melawan. Bukannya kesal karena diperlakukan semenyebalkan itu oleh Raina, Ares malah terlihat menerima wanita itu apa adanya.
Saya juga hanyut sekali ketia membaca salah satu adegan ketika Ares nggak tega melihat Raina menangis. Ares lebih suka melihat istrinya galak dan marah-marah. Menurut saya, penulis cukup mampu menonjolkan sisi kelembutan dari pria itu, meski pada akhirnya saya bertanya-tanya di dalam hati, “Cowok kayak Ares nih, beneran ada, ya? Cari di mana, sih?”. 😍😂
Hal lain yang bikin saya kepincut dengan sosok Ares ialah komitmen akan pernikahannya. Kalau kamu membaca novel ini, ada banyak adegan yang menunjukan kalau Ares benar-benar dipuja wanita. Meski ia nggak pakai cincin kawin di jari manisnya, ia nggak sembarangan kenal/dekat dengan perempuan lain. Hati Raina, ia coba jaga sepenuhnya. Ya tapi gitu deh, Raina tetep aja merasa pernikahannya dengan Ares bukanlah hal yang memang ia dambakan.
Jujur, tokoh dan karakter novel ini sekuat itu. Salut banget dengan Respati Kasih yang mempu menggambarkan mereka layaknya manusia sungguhan. Ada sisi buruk, ada pula sisi baiknya. Yang saya tahu, beginilah seharusnya suatu tokoh dibuat. Senyata mungkin seperti rupa manusia.
Bahkan, ada banyak momen di mana rasanya saya pengin jambak Raina (saking real-nya) dan pengin bilang, “Gila ya, sama suami lo bisa-bisanya galak abis!” Hahaha. Seriously! Lalu, saya juga pengin ngomong ke Ares, “Gila yaa… apa sih, yang bikin lo bertahan sama istri galak kayak gitu?” Yang penasaran sama jawabannya bisa baca di aplikasi Cabaca, ya. 😀
Omong-omong, membaca novel Happily Ever After ini bener-bener bikin saya pengin ngebut tahu akhir ceritanya. Beneran deh, konfliknya cukup seru untuk diikuti. Semakin move on ke bab selanjutnya, semakin pembaca tahu apa yang sedang terjadi dengan keduanya. Ending-nya dong… wah harus baca sendiri!
Namun sayang, ada hal lain yang juga perlu diperbaiki dari sudut pandang saya sebagai pembaca, nih. Saya merasa penulis masih kurang memberikan konteks terhadap paragraf-paragraf yang ditulisnya. Kalau dibaca dengan saksama, novel ini memuat banyak sekali dialog tanpa adanya narasi yang jelas.
Saya cukup kebingungan ketika membaca dari section satu ke yang lainnya. Ini konteks ceritanya apa, suasananya seperti apa, konflik apa yang sedang dibicarakan, siapa yang sedang mengutarakan dialog tersebut, dan seterusnya.
Padahal, novel Happily Ever After ini menggunakan sudut pandang ketiga, yang mana berarti penulis menceritakan dengan gaya “serba tahu”. Menurut saya, apabila ada narasi pendukung yang membantu pembaca untuk lebih memahami keseluruhan cerita, that would be very great.
Terlepas dari itu, ceritanya memang menarik untuk diikuti sampai akhir. Pesan moralnya sungguh mengena dan memberikan banyak pelajaran soal arti cinta, kebahagiaan, dan tujuan hidup. Yang pasti, novel ini bikin saya semakin ingin mencintai orang-orang di sekitar kita. Kamu wajib baca kalau lagi pengin tenggelam dalam cerita-cerita romantis dengan sisipan pilu.
Giveaway berhadiah 250.000 kerang GRATIS!
Nah, karena nggak pengin terhanyut sendirian dalam novel Happily Ever After karya Respati Kasih yang bagus ini, saya pengin kamu juga bisa membaca novel ini secara gratis! Ada giveaway senilai 250.000 kerang untuk 5 orang pemenang (@50.000 kerang untuk tiap orang). Bagaimana cara mendapatkannya? Gampang banget!
- Follow @sintiawithbooks dan @cabacaapp.
- Jawab pertanyaan ini dan tulisan di kolom komentar blogpost ini, “Apa yang membuat kamu suka membaca?”
- Format jawaban: Nama lengkap, nama akun Instagram, jawaban dari pertanyaan. Contoh: Sintia Astarina, @sintiaastarina, aku suka banget baca buku karena buku bisa memberikan beragam ilmu yang nggak aku dapetin di sekolah atau tempat kerja. Buku bisa jadi penyemangat dan pelarianku di kala suntuk. Makanya, aku pengin banget bisa baca novel di Cabaca.
- Giveaway akan berlangsung pada 6-12 Juli 2020.
- Pengumuman pemenang akan dilakukan pada 13 Juli 2020 di akun Bookstagram @sintiawithbooks.
- Giveaway bisa diikuti oleh siapa pun. Jangan lupa ajak teman sebanyak-banyaknya, yaa!
Selamat berpartisipasi di giveaway ini dan semoga beruntung! Sambil nungguin jawaban kalian, baca novel lainnya di Cabaca, ah….
0 Comments