Hampir Ketinggalan Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif di Stasiun Bandung – Business trip selama 4 hari di Bandung berakhir sudah.
Saatnya pulang ke Jakarta dan kembali berkutat dengan berbagai tanggung jawab lainnya yang sudah menuntut untuk diselesaikan.
Siang hari itu, saya dan dua teman lainnya akan menumpang Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif.
Baca juga: Se’i Sapi Lamalera Bandung: Jatuh Cinta Pada Aroma dan Gigitan Pertama
Kami enggak expect jalanan Bandung akan lebih macet dari biasanya. Mobil yang kami tumpangi hanya mampu berjalan di kondisi yang padat merayap.
Berkali-kali saya melirik jam tangan. Gelisah, waktu keberangkatan kereta kami, 14.45 WIB, hampir dekat. Saya membuka maps di ponsel, berharap jalan yang kami lalui akan berwarna hijau, bukan oranye atau merah.
Baca juga: Akhirnya Kesampaian Juga Cobain MRT Jakarta yang Super Nyaman
Ya ampun, padatnya jalanan bahkan sampai ke Stasiun Bandung. Sempat terpikir untuk turun di pinggir jalan aja dan menyambung dengan ojeg online, tapi tanggung banget. 🙁
Masih dengan hati yang dag-dig-dug, kami turun di depan Stasiun Bandung tepat 10 menit sebelum keberangkatan kereta Argo Parahyangan Eksekutif kami.
Saya langsung menuju mesin pencetak tiket yang lumayan dipadati penumpang. Suasana siang itu luar biasa padat. Banyak banget penumpang yang bahkan duduk-duduk di lantai, menanti keberangkatan kereta mereka.
Selesai mencetak tiket, saya bergegas menghampiri teman lain yang sudah lebih dulu mengantre. Setelah melewati pengecekan tiket oleh petugas, kami langsung berlarian menuju kereta kami yang sudah terparkir di Jalur 2.
Baca juga: Cerita di Balik Transportasi Andalan Saya Saat Traveling
Ya ampun ngos-ngosan banget! Fyuuhh… tapi untungnya kereta kami belum berangkat. Saya mencoba mengatur napas ketika sudah berada di tempat duduk. Hampir aja ketinggalan kereta!
Lain kali bakal berangkat 2 jam sebelumnya (kalau perlu) atau naik ojeg online aja deh biar enggak deg-degan begini lagi.
Pengalaman Naik Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif
Sebenarnya, ini bukan kali pertama saya naik Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif. Empat hari sebelum kepulangan, saya juga menaiki kereta yang sama.
Untuk keberangkatan dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Bandung, saya kebagian duduk di gerbang Eksekutif 2, dengan tempat duduk bernomor 10A. Posisinya di sebelah kanan, dekat dengan jendela.
Baca juga: Ke Surabaya Naik Kereta Api Argo Bromo Anggrek yang Nyaman
Menurut saya, tempat duduknya cukup nyaman. Sandaran punggung bisa diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan kenyamanan masing-masing penumpang.
Setiap penumpang pun diberi bantal kecil yang bisa digunakan sebagai sandaran kepala atau sandaran punggung. Lumayan, perjalanan selama 3 jam di dalam kereta sudah lumayan melelahkan.
Kemudian, jarak dari kursi saya dengan kursi di depan juga cukup jauh. Legroom yang cukup luas emang bikin siapa pun (terutama yang berpostur tinggi seperti saya) merasa enjoy banget ketika duduk berlama-lama.
Baca juga: Sore Hari Bersama Buku-buku di Halaman Belakang Kineruku Bandung
Sayang, pijakan kaki di kursi depan enggak bisa di-lock ketika diturunkan. Kedua kaki saya harus menginjak pijakan tersebut kalau ingin memperoleh posisi yang sesuai. Yahh… capek, sih.
Ada beberapa tempat yang bisa digunakan penumpang untuk menyimpan barang-barang bawaan mereka.
Misalnya, jika ingin menyimpan koper atau tas besar bisa di kabin kereta. Jika memiliki tas kecil atau barang belanjaan bisa digantung di cantolan yang menempel di dekat jendela. Atau, bisa juga diletakkan di dekat kaki.
Di kursi depan, terdapat kantong yang biasanya sih digunakan untuk menyimpan atau menaruh makanan dan minuman yang sewaktu-waktu bisa diambil dengan mudahnya.
Kemudian, setiap kursi diberi meja yang tersembunyi pada sandaran tangan. Meja ini bermanfaat banget ketika penumpang ingin makan atau bekerja dengan laptop seperti saya. Hehehe… kerja terus, deh.
Baca juga: St. Basil’s Cathedral, Moscow: The Symbol of Moscow
Enggak lupa, fasilitas yang saya suka banget ketika di kereta adalah stop kontak! Saya enggak lagi merasa cemas ketika berada dalam perjalanan jauh karena kapan saja bisa mengisi daya baterai berbagai gadget yang saya bawa, terutama ponsel.
Oh ya, tentu Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif ini memiliki toilet di masing-masing gerbong. Selain karena memang kebelet pengin buang air kecil, sekalian deh mengamati fasilitas yang disediakan.
Toilet di kereta ini memiliki pintu lipat yang tinggal didorong atau ditarik, jika ingin membuka atau menutupnya. Ukuran toilet di dalam Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif ini ternyata cukup sempit. Enggak terlalu banyak ruang untuk bergerak.
Baca juga: Menjelajah Saint Petersburg, Rusia: Window to The West & Venice of The North
Di dalamnya, hanya tersedia toilet duduk dan wastafel saja. Nah, kengerian dimulai di sini. Rupanya, toilet yang saya masuki enggak bisa dikunci pintunya. Panik, dong.
Setiap kali saya berusaha meluruskan pintu dan menguncinya, kereta yang berjalan bergoyang-goyang dengan mudahnya membuka pintu toilet. Setiap kali pengin mengunci dengan rapat, tetep aja pintu lipatnya terbuka terus.
Mau ditahan dengan tangan juga sulit banget. Belum lagi harus menjaga keseimbangan tubuh kala Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif berjalan di atas rel.
Nah, karena merasa enggak nyaman, akhirnya saya memutuskan untuk… enggak jadi buang air. Hahaha. Gimana dong, nanti kalau lagi buang air terus pintunya tiba-tiba enggak sengaja dibuka penumpang lain kan enggak lucu. 🙁
Baca juga: GUM: Department Store Paling Kece Seantero Moscow
Tapi tenang, Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif punya toliet-toilet lainnya yang bisa dipergunakan, kok.
Overall, perjalanan dari Jakarta menuju Bandung cukup menyenangkan. Bagaimana dengan perjalanan pulang ke Jakarta?
Jujur, pengalaman ketika menaiki Kereta Api Argo Parahyangan Eksekutif ini sebenarnya enggak jauh berbeda. Dari segi fasilitas hampir sama, kecuali soal pijakan kakinya!
Untuk kereta pulang, pijakan kakinya kali ini bisa di-lock! Yayy! Alhasil, kaki bisa lebih nyaman, deh, ketika tengah diluruskan.
Baca juga: Mie Baso Akung Bandung: Harga Agak Mahal, tapi Rasanya Juara!
Bila lapar, penumpang bisa memesan makanan yang disediakan di dalam kereta. Ada Nasi Goreng, Nasi Ayam Geprek, Nasi Ayam Goreng, dan sebagainya.
Untuk mencicipi makanan ini, penumpang bisa langsung menuju Gerbong Restorasi atau tinggal menunggu prama (pramugara) dan prami (pramugari) lewat di gerbong masing-masing.
Saya sendiri ketika ada prama dan prami yang lewat membawa dorongan berisi makanan, saya langsung memanggil mereka dan memesan Hokben.
Sore menjelang malam itu saya enggak terlalu tertarik memesan makanan lain. Pilih yang rasanya udah familiar aja. Hehehe. 😀
Sekitar pukul 18.00 WIB, sampailah saya di Stasiun Gambir. Badan rasanya lumayan rontok. Pegel banget.
Baca juga: Menginap di Hotel California Bandung, Malah Enggak Bisa Tidur Nyenyak
Pengin rasanya pijet seluruh badan biar sampai rumah, tidur jadi lebih nyenyak. Ada yang punya rekomendasi tempat pijat?
Anyway, selagi memikirkan pengin pijat di mana, tiba-tiba udah kangen lagi aja sama Bandung. Hmm… padahal, baru juga sampai di rumah.
0 Comments