Snorkeling di Taman Laut Bunaken Manado, Rasanya Kayak Mimpi!

Jun 15, 2022

Snorkeling di Taman Laut Bunaken Manado, Rasanya Kayak Mimpi! – Seumur hidup, nggak pernah terpikir sekalipun di dalam benak kalau saya akan snorkeling di Bunaken. Bayang-bayang soal kedalaman laut dan takut tenggelam selalu membayangi.

Namun begitulah, rencana Tuhan memang terlampau istimewa. Saya masih speechless kalau ditanya gimana rasanya bisa snorkeling di taman laut (yang katanya) salah satu yang paling indah di Sulawesi Utara, bahkan Indonesia.

Snorkeling di Taman Laut Bunaken, Manado

Cara Menuju Bunaken dari Manado dengan Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18, GRATIS!

Awalnya, pergi ke Bunaken nggak ada dalam itinerary saya selama 9 hari di Manado. Namun, punya 1,5 hari kosong pada akhir pekan di Manado, bingung juga mau ngapain. Entah aktivitas seru apa yang bisa dilakukan di pusat kota.

Akhirnya, cari-carilah informasi soal open trip ke Bunaken-Siladen-Nain. Ketemu beberapa trip organizer dengan harga yang ternyata murah banget —sekitar Rp200-250 ribu, tapi sayangnya slot untuk hari Sabtu udah penuh. Direkomendasikan untuk ikut trip hari Minggu, tentu aja nggak bisa karena harus kembali ke Jakarta.

kapal rede gandha nusantara 18

Saya dapat informasi dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Manado bahwa ada Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18 yang bisa mengantar wisatawan dan masyarakat menuju Bunaken, Siladen, dan Nain, GRATIS!

Sebagai catatan, yang ke Siladen dan Nain kondisional, ya. Tergantung kebutuhan dan kondisi cuaca juga. Apalagi di sana termasuk laut dalam, takutnya kapal nggak bisa menurunkan jangkar. Plus, katanya belum ada dermaga yang layak dan aman untuk naik-turun penumpang.

Nah, Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18 ini hanya beroperasi pada hari Sabtu dan Minggu. Berangkat dari Pelabuhan Manado pukul 08.00 WITA, dan kembali dari Bunaken sekitar pukul 15.00 WITA (tergantung cuaca).

Kapal ini berkapasitas 73 penumpang dengan 7 kru. Biasanya, disediakan kapasitas 50 penumpang untuk pengunjung/wisatawan, sementara sisanya diperuntukkan bagi masyarakat Bunaken.

kapal rede gandha nusantara 18

Bagaimana cara menumpang Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18 yang mempermudah konektivitas Manado-Bunaken ini? Bisa langsung daftar ke Mas Bowo (instan transportasi, sekaligus kru kapal) – 081215787121. Mas Bowo ini adalah mualim 1 alias chief officer alias perwira deck senior, yang mana salah satu tugasnya ialah melaksanakan administrasi muatan.

Apabila ingin menumpang kapal rede ini, disarankan untuk mendaftar jauh-jauh hari mengingat kapasitas terbatas demi keselamatan bersama.

Biasanya, penumpang kapal sudah harus standby 1 jam sebelum keberangkatan di Pelabuhan Manado untuk pendataan ulang.

pelabuhan manado

Omong-omong, ruang tunggu Pelabuhan Manado cukup nyaman, lho. Bersih, tempat sampah sellau  tersedia di setiap 3 bangku, ada kios-kios makanan dan minuman (termasuk Roti’O) juga di sana.

pelabuhan manado

Nggak lupa, Pelabuhan Manado juga menyediakan fasilitas Wi-Fi gratis untuk publik. Lumayan banget nih, sembari menunggu keberangkatan kapal, biss berselancar di dunia digital dulu.

pelabuhan manado

Oh ya, sebelum berangkat, penumpang diminta berfoto terlebih dulu sebagai bukti untuk Berita Acara. Kemudian, barulah bisa masuk ke kapal rede. Excited!


Manado-Bunaken 1 Jam

kapal rede gandha nusantara 18

Sabtu pagi itu, penumpang Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18 kurang lebih 10 orang saja: 3 wisatawan (termasuk saya) dan sisanya adalah masyarakat Bunaken.

Tadinya, ada 1 rombongan besar yang juga hendak menumpang kapal ini, tapi ternyata mereka memutuskan untuk ke Pulau Lihaga yang ada di destinasi super prioritas Likupang. Kata Mas Bowo, baru kali ini ia membawa wisatawan dalam jumlah sesedikit ini. 😂 Asliii, rasanya jadi kayak private trip, deh.

Eh iya, saya mau kenalin 2 wisatawan lain yang ikut dalam perjalanan ini. Namanya Ibu Yayuk dan Ibu Avi. Saya harus berterima kasih sedalam-dalamnya karena mereka yang mendorong saya untuk (nekat) snorkeling di Taman Laut Bunaken. Kalau bukan karena mereka, saya cuma akan duduk-duduk bengong aja di Bunaken.

Jadi, Ibu Yayuk dan Ibu Avi ini ternyata sepasang sahabat. Mereka bilang, “Kami ini sahabatan, udah dari tahun ’94.”

Lalu saya membalas, “Wah, itu umur saya masih 1 tahun, Bu.” Lalu kami tertawa lepas bersama.

Di atas kapal menuju Bunaken, saya seneng banget foto-fotoin mereka. Diam-diam saya berharap, saya bisa punya seseorang yang bisa jadi sahabat baik hingga puluhan tahun kayak gini. ❤

Omong-omong, rasanya nggak salah kalau saya bilang trip ini sungguh terberkati. Dari Manado menuju Bunaken luar biasa cerah. Infrastruktur transportasi laut ini juga cukup memadai.

Di atas kapal juga rasanya aman dan nyaman banget. Dan demi keselamatan bersama selama pelayaran menuju Bunaken, setiap penumpang juga diberikan life jacket yang sudah diletakkan di setiap kursi.

kapal rede gandha nusantara 18

Nggak perlu khawatir bakal bosen di dalam kapal soalnya disediakan TV untuk menonton. Bahkan, ada stop kontak juga untuk mengisi daya baterai ponsel atau gadget lainnya. Super cool!

Salut banget deh dengan KSOP Manado dan Kemeterian Perhubungan yang sudah menyiapkan kapal ini untuk dinikmati masyarakat secara cuma-cuma. Wajib banget dimanfatakan.

kapal rede gandha nusantara 18

Oh ya, sepanjang perjalanan, kami ketemu kapal-kapal lain yang sedang menuju Bunaken. Bahkan ada beberapa yang naik jetski juga, lho! Asyiknyaaa~

perjalanan menuju taman laut bunaken

Salah satu momen menarik, saya jadi bisa melihat Pulau Manado Tua lebih dekat. Biasanya lihat dari Kawasan Megamas aja, eh sekarang bisa ngelihat sedekat ini!

perjalanan menuju taman laut bunaken

Wah … ngelihat lautan yang begitu luas dan cantiknya pemandangan yang nggak ada habisnya, tau-tau udah di Bunaken aja. Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18 ini kemudian bersandar di salah satu dermaga yang sedang diperbaiki. Dermaga ini sepertinya merupakan akses menuju permukiman masyarakat di sana.

Dari pinggir dermaga, lautnya sungguh bening lantaran terpantul sinar matahari. Warna birunya sungguh menentramkan hati. Katanya, selagi kru kapal menunggu wisatawan atau masyarakat Bunaken yang hendak kembali ke Manado, mereka bisa berenang-renang di sekitaran sana. Serunyaaa! 🤩

Selanjutnya, saya, Ibu Yayuk, dan Ibu Avi menumpang perahu motor yang akan mengantar kami ke spot wisata Bunaken. Perahu motor ini seperti perahu bercadik, alias ada sayap di bagian kiri dan kanan yang terbuat dari pipa paralon.

Snorkeling di Taman Laut Bunaken, Manado

Karena cuma bertiga, harga sewanya jadi lebih mahal, yakni Rp50.000 seorang, pergi-pulang. Kalau ramean di satu perahu, mungkin harga sewa per orang Rp20.000 saja. Nggak apa-apa, bertiga ternyata jauh lebih nyaman. Bener-bener private trip sih ini.

Dan oh ya, kapal-kapal di sini juga bisa disewa untuk Dolphin Trip, lho! Harganya sekitar Rp700-800 ribu. Mahal banget memang, soalnya kan ngiterin Bunaken sembari cari lumba-lumbanya.

Anyway, perjalanan dari dermaga ke spot wisata Bunaken kurang lebih 30 menit. Di perjalanan, kami sempat ketemu penyu-penyu besar! Seruuuu! 🤩

Baca juga: Jadwal Kapal Cepat Manado – Ternate Dan Harga Tiketnya

Snorkeling di Taman Laut Bunaken, Manado

Akhirnya sampai juga di Bunaken, yay! Di siang yang terik itu, beberapa anak kecil terlihat asyik berenang di pinggiran pantai. Sementara itu, wisatawan sedang asyik ngadem di bawah pepohonan sambil mengisi perut atau bersiap diving atau snorkeling di Taman Laut Bunaken.

Snorkeling di Taman Laut Bunaken, Manado

Saya langsung diajak Ibu Yayuk dan Ibu Avi untuk menyewa wetsuit dan alat snorkeling di salah satu tempat rental, namanya Rental Nona Manis. Di sini, peralatannya cukup lengkap, lho. Bisa sewa alat diving juga bahkan.

rental nona manis - bunaken, manado

Saat itu, saya masih ragu, mau ikutan snorkeling di Taman Laut Bunakennggak, ya? Selain karena belum ada keberanian untuk main di dalam laut, saya pun nggak bawa persiapan apa-apa.

Nggak bawa baju ganti dan dalaman (tenang, ada yang jual kok! Saya beli, dan bisa ditawar juga harganya 😂), handuk, dan pastinya belum bawa mental. Haha. Namun, Ibu Yayuk meyakinkan saya. Katanya, ia juga nggak bisa berenang, sama seperti saya.

Setelah berkomunikasi dengan diri berkali-kali, akhirnya saya bilang “Yuk”. Jujur, banyak-banyak doa sih selama kegiatan. 💪😂

Di Rental Nona Manis, kami menyewa wetsuit dan alat snorkeling dengan harga Rp150.000. Bagi pemula seperti kami bertiga, disarankan untuk sewa guide, seharga Rp100.000. Waktu itu, guide kami perempuan. Namanya Kak Cindy.

Lalu, kalau mau lebih lengkap, bisa sewa fotografer juga Rp350.000. Waktu itu yang fotoin kami namanya Pak Saleh, atau akrab dipanggil Kak Leh.

Setelah berganti wetsuit, Kak Leh memilihkan snorkel fins yang pas di kaki saya. Kemudian, saya memilih masker dengan lensa minus agar saya bisa melihat di dalam air. Senang!

Setelah semua siap, kami pun berangkat. Let’s goooo!


Snorkeling di Alung Banua – Bunaken

Snorkeling di Taman Laut Bunaken, Manado

Sekitar pukul setengah 12, kami kembali menumpang perahu motor yang tadi kami sewa untuk menuju spot snorkeling bernama Alung Banua. Durasi tempuhnya sebentar banget, kok. Sekitar 15 menitan aja. Katanya, spot ini cocok banget buat pemula.

Ketika perahu sudah berhenti di spot yang dituju dan saya bisa melihat bagaimana suasana di dalam laut, tiba-tiba saya bergumam, “Kok, bisa-bisanya hari ini saya nggak takut sama laut?” 😳

Sebelum turun ke laut, kami di-brief oleh Kak Cindy dari atas perahu. Mulai dari bagaimana mengunakan masker, bagaimana jika masker kemasukan air, bagaimana cara bernapas, bagaimana jika masker berembun dan sebagainya.

Setelahnya, kami diberi pelampung agar kami terbiasa dulu dengan snorkeling di Taman Laut Bunaken. Nggak lama, satu per satu kami diminta turun dari kapal. Lumayan deg-degan meski sudah pakai pelampung. Namanya juga kali pertama, ya.

Snorkeling di Taman Laut Bunaken, Manado

Pas sudah di dalam air, kami berpegangan pada sayap kanan perahu. Kami mulai membiasakan diri dulu untuk mengapungkan badan, memasukkan kepala ke dalam air, juga bernapas dengan masker snorkel.

Snorkeling di Taman Laut Bunaken, Manado

Pas pertama kali mencelupkan kepala dan bisa melihat ikan-ikan dari jarak dekat, sungguh nggak kebayang gimana rasanya. Bisa melihat ikan-ikan berenang dari jarak sedekat itu, melihat karang di sekitar kapal, rasanya masih nggak percaya kalau saya sedang snorkeling.

Kalau ada momen langka kayak gini, biasanya langsung terharu dan mewek. Tapi rasanya saya nggak punya kesempatan untuk nangis karena apa yang saya lihat dengan kedua mata benar-benar ajaib!

Nyatanya Kak Leh dan Kak Cindy bergantian jadi pemandu kami. Kami dibawa satu-satu ke sekitaran kapal untuk membiasakan diri terlebih dulu. Sementara itu, yang lainnya entah bisa snorkeling di Taman Laut Bunaken sendirian (nggak lebih dari 10 meter jaraknya) atau menungu giliran di pinggir kapal.

Nyatanya saya masih kesulitan untuk bernapas dengan mulut. Baru juga beberapa detik, kepala saya pasti akan kembali menyembul ke atas. Tahu-tahu, mata kanan langsung perih dan tenggorokan udah batuk-batuk aja karena kemasukan air asin.

Saya mencengkeram tangan Kak Leh kuat-kuat. “Bentar Pak, bentar. Jangan lepasin saya, ya.”

Kak Leh berkali-kali bilang ke saya, “Tenang, tenang. Jangan panik.”

Karena belum nyaman berada di dalam air, saya nggak sadar cengkeraman tangan saya ke tangan Kak Leh sekenceng itu. Kak Leh sampai bilang, “Jangan keras-keras, ya. Tenang aja. Ini wetsuit-nya (bikin) ngambang, kok. Tenang.”

Kak Leh tertawa dan saya terbahak-bahak di atas permukaan air. Semakin saya takut/panik, semakin keras cengkeraman saya. Nggak sadar kalau pegangan saya membuat tangan Kak Leh kesakitan. Hahaha. 🤣

Sampai akhirnya lama-kelamaan saya sudah mulai nyaman dengan laut. Saya bisa bernapas dengan mulut lebih lama dari biasanya.

“Nah, itu bisaaa …,” ujar Kak Leh mengapresiasi. Lelah juga kali ya dia sama saya.

Kak Leh mulai melepas tangan saya satu per satu. Kalau nggak dipaksa lepas nggak bakal berani-berani, nih. Saya coba buat diri senyaman mungkin di atas permukaan air. “Napas dengan mulut, napas dengan mulut …,” begitu perintah saya.

Sekawanan ikan berenang-renang dan begitu dekat dengan keberadaan saya. Kak Leh memanggil Kak Cindy untuk bantu memotret.

Sampai akhirnya saya ditantang untuk menyelam lebih dalam, agar saya bisa dapat foto dengan background palung yang cantiknya luar biasa.

All I can say is, THAT WAS ONE OF THE BEST MOMENTS IN MY LIFE, EVER.

Sebelum turun dari kapal tadi, saya bisa melihat lautan dengan warna biru yang lebih gelap, yang ternyata adalah palung. Pas turun, agak ngeri-ngeri sedap karena dasar lautan nggak kelihatan. Kedua tangan ini rasanya nggak pengin melepas tangan Kak Leh. Namun, ia terus meyakinkan saya bahwa saya bisa.

Ia bilang, ia akan menarik badan saya ke bawah. Nanti, badannya diam saja karena akan mengapung dengan sendirinya ke atas. Yang perlu saya lakukan adalah hanya menahan napas selama beberapa detik sambil melihat ke kamera (dan tentunya berpose).

Kak Leh memberi aba-aba, “Tahan napas, ya. Siap? Satu … dua …”

Napas sudah ditahan. Badan ditarik lebih dalam.

Asliii, speechless parah. Saking terpana dengan pemandangan bawah laut yang ditangkap kedua mata, saya nggak merasakan takut sama sekali. Saya malah merasa tenang karena dapat dukungan dari guide yang nggak henti menyemangati. I know, I can do all things through God who strengthens me.

Percobaan pertama, katanya gambarnya kurang bagus. Kak Cindy meminta saya untuk berpose. Dalam hati saya berkata, “Boro-boro mikirin mau pose apa, Kak, saya pikirin keselamatan diri dulu.” 😂

Percobaan kedua, sudah semakin terbiasa. Dan ternyata … kok bikin nagih? Kalau nggak salah saya ditarik 3 kali untuk berfoto di spot dengan background palung. Entah gimana hasil fotonya. Cuma ingin mengucap syukur karena rasanya damai dan bahagia banget bisa ngerasain langsung pengalaman ini. God, you’ve been so good to me. You too, Manado.

Sudah hampir pukul 13.00 WITA. Nggak kerasa sudah satu jam snorkeling di Alung Banua – Bunaken. Terpaksa harus menyudahi karena kami juga perlu mengejar jam kepulangan Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18 sekitar pukul 3 sore.

Setelah melepas masker dan snorkel fins, kami naik kembali ke atas perahu dan siap kembali ke titik  pertama. Lalu, kami langsung bilas di kamar mandi yang disediakan dengan membayar Rp15.000.

Di sana, bisa pinjam handuk juga, ya. Kalau shampoo atau sabun sepertinya beli, sih. Yang menarik, di bilik kamar mandi atau toilet di sini nggak disediakan air mengalir, hanya ada ember lebar yang sudah terisi air penuh.

Setelah bilas bersih, staf di sana membantu mengembalikan wetsuit dan kami kembali ke Rental Nona Manis untuk menyalin foto ke HP kami. Kyaaaa happy banget lihat foto-foto di bawah air. Seumur-umur, nggak kepikiran bakal punya foto kayak gini.

Sekitar pukul 13.30 WITA, kami kembali ke dermaga menuju tempat Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18 bersandar. Ibu Yayuk menawarkan biskuit untuk ganjel perut. Astaga, dari pagi sampe siang ini baru makan roti doang. Kayaknya hormon endorfin saya melimpah ruah, sampai-sampai nggak kerasa lapar sama sekali.

Di atas kapal, ada beberapa warga Bunaken yang ternyata sudah menunggu. Nggak lama, kami pun berlayar kembali menuju Pelabuhan Manado.

Guess what? Mas Bowo bilang ke saya, “Beruntung banget, nih. Tadi pas pergi cerah banget. Pulangnya mendung adem.”

jembatan soekarno

That’s very true. Langit mendung dan gemericik gerimis pelan-pelan mulai turun mengiringi perjalanan kami. Untungnya, kapal dapat berlayar dengan aman dan nyaman.

Sekitar pukul 15.00 WITA kami sudah sampai di Pelabuhan Manado. Hati ini masih diliputi syukur luar biasa. Saya berpisah dengan Ibu Yayuk dan Ibu Avi, dua orang baik yang mengajarkan saya arti persahabatan, yang kasih saya semangat di air, yang menawarkan saya pengalaman baru.

I thank God for them. Kalau nggak ada mereka, beneran deh, paling cuma bakalan foto-foto atau makan siang aja di Bunaken.

Dan yang bikin saya lebih bersyukur lagi adalah … perjalanan Sabtu itu ke Bunaken adalah hari terakhir Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18 berlayar lantaran dermaga di Bunaken sedang diperbaiki selama 3 minggu ke depan.

Jadi, mungin sekitar 2 atau 3 Juli (atau mungkin minggu depannya lagi), kapal rede ini bisa kembali berlayar dan membawa penumpang/masyarakat dari Pelabuhan Manado ke Bunaken, gratis.

Lantas, apakah ada alternatif transportasi lainnya yang mempermudah konektivitas dari Manado  menuju Bunaken? Ada. Selain bisa ikut open trip yang mana kapalnya sudah disediakan trip organizer (meeting point tergantung masing-masing), sewa kapal langsung, atau bisa dengan taksi laut.

Eh iya, tahu nggak, sepulang dari Bunaken, mendadak badan terasa pegal sana-sini. Pegalnya makin parah hingga dua hari berselang. Barulah saya ingat, “Oh iya, sebelum snorkeling kami nggak pemanasan dulu.”

Hehehe, semoga bisa jadi pelajaran berharga untuk snorkeling selanjutnya. Can’t wait! 🥽


Narahubung:

  • Kapal Rede KM. Gandha Nusantara 18: Mas Bowo – 081215787121
  • Sewa perahu motor: Pak Fendy – 081937029475
  • Rental Nona Manis: 081244375959
Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

1 Comment

  1. Fitri

    Terima kasih sudah berbagi kak… Dengan membaca blog kamu, aku bisa membayangkan pengalaman mu disana.
    Salam, 🙂

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *